Kamis, 13 September 2007

PENINDASAN STRUKTURAL

PENINDASAN STRUKTURAL

Abdul Post[1]

Telah banyak suatu kejadian yang pada dasarnya bila dilihat dari kacamata modernitas terdapat suatu hal yang membuat kita terkungkung dan tertindas dalam bentuk system yang structural, bentuk structural yang dimaksud adalah terdapat gerakan intelektual yang berkaitan dengan penyingkapan struktur berbagai pemikiran dan tingkah laku manusia, yang prinsipnya adalah bahwa suatu totalitas yang kompleks hanya dapat dipahami sebagai suatu perangkat unsur-unsur yang saling berkaitan.(Piliang, 2003, hal:21). Ini artinya didalam struktur itu terdapat suatu perangkat system yang saling berkaitan dimana seharusnya dapat mengatur tindakan manusia yang tersistematis untuk tujuan bersama, dan didalam system ini sendiri membuat adanya suatu hirarki yang jelas antara atasan dan bawahan adanya bos dan anak buah atau adanya dosen dan ada mahasiswa. itu semua adalah suatu hirarki yang tercipta dari bentuk modernitas struktrur. tapi ironisnya suatu struktur itu telah membuat suatu adanya ketidak teraturan yang baru dimana secara kontinuitas itu membuat suatu hirarki yang atas akan menekan yang bawah dan yang dibawah hanya bisa menerima tanpa bisa melawan. Bila kita lihat dan mencermati banyak dari bentuk structural yang sangat tidak wajar, dalam hal yang lain kita dapat temui seperti adanya otoritas atau kekuasaan yang seolah-olah mutlak dari atasan dan tidak menghiraukan bawahannya, disini saya akan menyoroti dalam hal pendidikan dimana adanya kesewenang-wenangan dari pihak dosen terhadap mahasiswanya seperti seorang dosen menentukan jadwal kuliah dan jadwal ujian seenaknya sendiri tanpa mengikuti jadwal yang sudah ada dari pihak dekanat atau jurusan, dan adapula tindakan dosen yang tidak mau menerima argument dari mahasiswa. yang paling miris lagi adalah ketika bentuk penindasan ini dilakukan oleh pihak lembaga atau yang lazim disebut “jurusan” dimana dengan otoritas yang dia punya dapat menentukan suatu kebijakan tanpa melibatkan suara mahasiswa sedikitpun, padahal yang notabenenya kebijakan itu juga untuk mahasiswa itu sendiri. Gambaran dari dunia modernitas seperti ini beserta tatanan sosial yang dihasilkannnya, telah melahirkan berbagai konsekuensi buruk bagai kehidupan manusia khususnya mahasisiwa karena hal ini terdapat suatu penindasan yang secara structural terdapat hirarki antara mahasiswa yang ditindas dan dosen sebagai penindas. Dari proses penindasan struktural ini sangat didukung dengan kekuatan dan hegemoni dosen untuk memberikan nilai dan menentukan kelulusan, hal inilah yang membuat adanya ketakutan mahasiswa untuk berikap lebih kritis karena bila mahasiswa melakukan perlawanan maka akan ditekan dengan ancaman nilai, sehingga hal ini berdampak pada kelulusan mahasiswa. Hal ini mungkin sangat sulit untuk dihilangkan sehingga kebanyakan mahasiswa cenderung apatis dan hanya bisa menerima bentuk penindasan tersebut, hal ini juga biasa lazim dikatakan manusia yang menjadi kosmotheoros alias penonton murni dari penindasan secara structural.Hal ini juga mengakibatkan suatu pandangan modern yang bersifat obejektivitas dan positivis yang pada akhirnya cenderung menjadikan masyarakat seolah-olah manjadi mesin yang dapat dikontrol oleh system yang hirarki. Lalu pertanyaannya sampai kapan hal ini akan terus berlanjut? hal ini tentunya dituntut adanya kesadaran yang kolektif dari berbagai pihak yang ada dalam struktur tersebut seperti adanya suatu kesadaran dari pihak-pihak dosen untuk mengikuti aturan yang telah ada, dan apabila hal itu telah terpenuhi maka akan terjadi suatu korelasi penindasan yang bersifat emansipatoris saling mendukung antara pihak dosen dan pihak mahasiswa sehingga terjadi suatu keselarasan dalam mencapai hak dan kewajibannya. Tentunya hal ini juga sangat didukung oleh pihak mahasiswa dimana mahasiswa harus memenuhi kewajibannya (seperti membayar SPP dengan tepat waktu) agar tidak terjadi penindasan yang sifatnya parsial atau menuntut hak tapi kewajibannya belum dilaksanakan. Tapi yang paling penting untuk mengatasi masalah ini adalah dengan membangun kekritisan kita khususnya mahasiswa untuk melakukan suatu perubahan dalam system tersebut walaupun system itu telah menjadi lingkaran setan yang sangat sulit untuk dirubah. Mungkin lirik lagu Bob Marley dapat manjadi inspirasi “get up, stand up, life is your life right, so we can’t give up the fight…” makna yang terkandung dari lagu ini adalah Marley mengajak para pendengarnya untuk tidak tunduk pada suatu system yang menindas dan jangan takut pada system yang menindas “speak your mind” bila kamu merasa dirugikan oleh suatu system.



[1] Mahasiswa FISIP Jurusan “Hubungan Internasional” semester IV Universitas Padjadjaran dan Sebagai pemerhati mahasiswa yang tertindas.

1 Komentar:

Anonymous Anonim mengatakan...

good day iderahmat.blogspot.com blogger found your blog via yahoo but it was hard to find and I see you could have more visitors because there are not so many comments yet. I have found website which offer to dramatically increase traffic to your blog http://explode-your-site-traffic.com they claim they managed to get close to 4000 visitors/day using their services you could also get lot more targeted traffic from search engines as you have now. I used their services and got significantly more visitors to my site. Hope this helps :) They offer best services to increase website traffic at this website http://explode-your-site-traffic.com
To your success your friend
James

20 April 2013 pukul 08.05  

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda